Rabu, 05 November 2014

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN FONOLOGI PADA BUNGKUS MAKANAN



ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN FONOLOGI PADA BUNGKUS MAKANAN

A.    Kesalahan Pelafalan Karena Penambahan Fonem

1.      Penambahan Fonem Vokal

  • Penambahan fonem /u/



Analisis:
Gambar diatas merupakan contoh analisis kesalahan berbahasa tataran fonologi pada bungkus makanan yaitu terdapat kesalahan pelafalan karena penambahan fonem vokal /u/. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1211) kata salut memiliki arti: ¹salut n 1 sampul; sarung; pembungkus; selongsong; -- giginya dari emas; 2wadah pelindung. ²sa.lut n hormat; penghormatan.
Jadi, pada kata saluut di atas mengacu pada makna yang dilapisi atau disampul dengan coklat. Dalam kaidah Bahasa Indonesia kata saluut merupakan salah, karena menambahkan fonem vokal /u/ pada saluut. Jika dibakukan cukup ditulis dengan salut, tanpa ditambahkan fonem lain.



  • Penambahan fonem /o/


Analisis:
Gambar diatas terdapat kesalahan pelafalan karena penambahan fonem vokal /u/. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 205) kata ¹bom n senjata yang bentuknya seperti peluru besar yang berisi bahan peledak untuk menimbulkan kerusakan besar. ²bom n 1 kayu penarik pedati (dokar dsb); 2 kayu palang (perintang pelabuhan); 3 pelabuhan; pabean. ³bom Bk n tombak yang dipakai untuk maskawin. Sedangkan kata boom tidak ada maknanya di dalam KBBI.
Jadi, pada kata BooM di atas maknanya mengacu pada arti kata bom yang pertama. Yaitu sebuah permen yang bentuknya seperti peluru besar. Bisa diartikan maksud dari boom itu adalah permen yang memiliki ukuran besar mengikuti makna bom dalam KBBI. Dalam kaidah Bahasa Indonesia kata boom merupakan salah, karena menambahkan fonem vocal /o/ pada boom. Jika dibakukan cukup ditulis dengan bom, tanpa ditambahkan fonem lain.



2.      Penambahan fonem konsonan

  • Penambahan fonem /h/


Analisis:
Gambar diatas terdapat kesalahan pelafalan karena penambahan fonem konsonan /h/.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 18) kata ah p kata seru yang menyatakan perasaan kecewa, menyesal, keheranan, tidak setuju: --, jangan marah dulu, nanti saya akan terangkan dulu perkaranya; --, mengapa itu yang kau ambil.
Jadi, kata ahh di atas maknanya mengacu pada arti yang “keheranan”. Dalam kaidah Bahasa Indonesia kata ahh merupakan salah, karena menambahkan fonem konsonan /h/ pada ahh. Jika dibakukan cukup ditulis dengan ah, tanpa ditambahkan fonem lain.



  • Penambahan fonem /t/




Analisis:
Gambar diatas terdapat kesalahan pelafalan karena penambahan fonem konsonan /t/.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 540) kata instan a langsung (tanpa dimasak lama) dapat diminum atau dimakan (tt mi, sup, kopi, susu bubuk): susu --, susu yg begitu dicampur dng gula dan air (panas atau hangat) langsung dapat diminum.
Jadi, kata instant di atas maknanya benar seperti pada KBBI. Dalam kaidah Bahasa Indonesia kata instant merupakan salah, karena menambahkan fonem konsonan /t/ pada instant. Jika dibakukan cukup ditulis dengan instan, tanpa ditambahkan fonem lain.







B.     Kesalahan Pelafalan Karena Penghilangan Fonem

1.      Penghilangan fonem konsonan

  • Penghilangan fonem konsonan/h/


Analisis:
Gambar diatas terdapat kesalahan pelafalan karena penghilangan fonem konsonan /h/. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 498) kata hijau 1 n warna dasar yang serupa dgn warna daun; 2 n gabungan warna biru dan kuning dl spektrum; 3 a mengandung atau memperlihatkan warna yg serupa dgn warna hijau; 4 a ki belum berpengalaman: masih --.
Jadi, kata ijo di atas sebenarnya merujuk pada kata hijau yang maknanya mengacu pada makna yang pertama. Yaitu kacang hijau yang warnanya serupa dengan warna daun. Dalam kaidah Bahasa Indonesia kata ijo merupakan salah, karena menghilangkan fonem konsonan /h/ pada ijo. Jika dibakukan seharusnya  ditulis dengan hijau, tanpa menghilangkan fonem lain.



DAFTAR PUSTAKA

Pusat Bahasa Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (EdisiKeempat). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik. Cetakan Kedua. Surakarta: Yuma Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar