ANALISIS KESALAHAN
BERBAHASA TATARAN MORFOLOGI PADA MAJALAH SAGANG
Beberapa
kesalahan dalam analisis berbahasa tataran morfologi pada majalah budaya Sagang,
nomor 86/November 2005/tahun-VIII yang saya temukan yaitu sebagai berikut.
1.
Kesalahan
Dalam Penyingkatan Morf
Bentuk Tidak Baku
a. Ladang-ladang
waktu yang ngalir dalam diri adalah
nadi masa depan. (2005: 20)
b. Kabut
ungu menutup pintu hingga tak sisakan
tawa renyah untuk kita. (2005: 22)
Analisis:
Bentuk-bentuk yang dicetak miring diatas
mengalami kesalahan berbahasa pada penyingkatan morf. Bentuk itu seharusnya
dituliskan secara lengkap, yaitu dengan tidak menyingkat alomorf dari meng- dan meny-. Atau dengan kata lain morf-morf tersebut tidak perlu
disingkat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2008: 1319)bentuk yang ada yaitu menyisai, menyisakan, tersisa, dan bersisa.
Sedangkan kata sisakan itu tidak ada.
Jadi, bentuk yang benar adalah mengalir
dan menyisakan. Seperti dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2003:
29) ada alomorf meng- (seperti pada mengambil), meny- (seperti pada menyingkir),
me- (seperti pada melamar), dan menge- (seperti pada mengecat).
Bentuk Baku
a. Ladang-ladang
waktu yang mengalir dalam diri adalah
nadi masa depan.
b. Kabut
ungu menutup pintu hingga tak menyisakan
tawa renyah untuk kita.
2.
Kesalahan
Dalam Penghilangan Prefiks Meng-
Bentuk Tidak Baku
a. Tawa
ngakakmu dari bar-bar malam telah usik
tidur mereka. (2005: 20)
Analisis:
Bentuk di atas mengalami kesalahan
berbahasa pada penghilangan prefiks meng-.
Bentuk usik itu terjadi disebabkan
oleh penghematan yang mengakibatkan terjadinya pemakaian yang salah. Pemakaian kata yang benar itu seharusnya mengusik bukan usik.Sesuai dengan kaidah, dalam kalimat
aktif transitif predikat kalimat harus berprefiks meng-. Dalam Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia (2003: 32) verba yang mengenal oposisi aktif-pasif adalah
verba transitif seperti mengusik-diusik. Jadi bentuk yang benar adalah mengusik.
Bentuk Baku
a. Tawa
ngakakmu dari bar-bar malam telah mengusik
tidur mereka.
3.
Kesalahan
Dalam Penghilangan Prefiks Ber-
Bentuk Tidak Baku
a. Kapal
yang datang kemudian, merapat di dermaga yang ditinggalkan kapal yang baru saja
berlayar, sandar selama satu jam,
bongkar dan muat terjadi lagi. (2005: 11)
b. Biarlah
ia lebur bersama embun yang gulir di
ujung halaman bunga impian kita. (2005: 20)
Bentuk di atas mengalami kesalahan
berbahasa pada penghilangan prefiks ber-.
Bentuk yang dicetak miring di atas seharusnya tidak menghilangkan prefiks ber-
pada kalimat-kalimat bentukan. Kata sandar dan gulir di atas merupakan kata
dasar yang menduduki predikat pada masing-masing kalimat.
Sesuai kaidah bahasa Indonesia yang baku, dalam predikat tersebut harus
dieksplisitkan prefiks ber-, yaitu
menjadi bersandar dan bergulir.
Bentuk Baku
a. Kapal
yang datang kemudian, merapat di dermaga yang ditinggalkan kapal yang baru saja
berlayar, bersandar selama satu jam,
bongkar dan muat terjadi lagi.
b. Biarlah
ia lebur bersama embun yang bergulir
di ujung halaman bunga impian kita.
4.
Kesalahan
Dalam Pembentukan Kata Pada Sufiks –Wan
Bentuk Tidak Baku
a. Kemudian
langkah profesionalnya sebagai teaterawan.
(2005: 26)
Analisis:
Jika ditelusuri kaidah bahasa yang baku,
unsur-unsur pembentuk kata yang digaris miring adalah teater + wan. Sehingga
bentuk-bentuk yang benar adalahsebagai
berikut.
BentukBaku
a. Kemudian
langkah profesionalnya sebagai teaterwan.
(2005: 26)
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk.
2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
(Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.
Parsaulian, Mur. 2005. “Sajak”. Majalah Budaya Sagang VIII
Pusat Bahasa Depdiknas.
2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi
Keempat). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sagang, Kelompok Riset. 2005. “Nobel”. Majalah Budaya Sagang VIII
Setyawati,
Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa
Indonesia: Teori dan Praktik. Cetakan Kedua. Surakarta: Yuma Pustaka.
Yuniarsih, Hastin. 2005. “Cerita Pendek”. Majalah Budaya Sagang VIII
Tidak ada komentar:
Posting Komentar