Minggu, 16 November 2014

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN MORFOLOGI PADA MAJALAH SAGANG



ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN MORFOLOGI PADA MAJALAH SAGANG




Beberapa kesalahan dalam analisis berbahasa tataran morfologi pada majalah budaya Sagang, nomor 86/November 2005/tahun-VIII yang saya temukan yaitu sebagai berikut.
1.      Kesalahan Dalam Penyingkatan Morf

Bentuk Tidak Baku
a.       Ladang-ladang waktu yang ngalir dalam diri adalah nadi masa depan. (2005: 20)


b.      Kabut ungu menutup pintu hingga tak sisakan tawa renyah untuk kita. (2005: 22)

Analisis:
Bentuk-bentuk yang dicetak miring diatas mengalami kesalahan berbahasa pada penyingkatan morf. Bentuk itu seharusnya dituliskan secara lengkap, yaitu dengan tidak menyingkat alomorf dari meng- dan meny-. Atau dengan kata lain morf-morf tersebut tidak perlu disingkat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1319)bentuk yang ada yaitu menyisai, menyisakan, tersisa, dan bersisa. Sedangkan kata sisakan itu tidak ada. Jadi, bentuk yang benar adalah mengalir dan menyisakan. Seperti dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2003: 29) ada alomorf meng- (seperti pada mengambil), meny- (seperti pada menyingkir), me- (seperti pada melamar), dan menge- (seperti pada mengecat).

Bentuk Baku
a.       Ladang-ladang waktu yang mengalir dalam diri adalah nadi masa depan.
b.      Kabut ungu menutup pintu hingga tak menyisakan tawa renyah untuk kita.


2.      Kesalahan Dalam Penghilangan Prefiks Meng-

Bentuk Tidak Baku
a.       Tawa ngakakmu dari bar-bar malam telah usik tidur mereka. (2005: 20)
Analisis:                        
Bentuk di atas mengalami kesalahan berbahasa pada penghilangan prefiks meng-. Bentuk usik itu terjadi disebabkan oleh penghematan yang mengakibatkan terjadinya pemakaian yang salah. Pemakaian kata yang benar itu seharusnya mengusik bukan usik.Sesuai dengan kaidah, dalam kalimat aktif transitif predikat kalimat harus berprefiks meng-. Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2003: 32) verba yang mengenal oposisi aktif-pasif adalah verba transitif seperti mengusik-diusik. Jadi bentuk yang benar adalah mengusik.
Bentuk Baku
a.       Tawa ngakakmu dari bar-bar malam telah mengusik tidur mereka.

3.      Kesalahan Dalam Penghilangan Prefiks Ber-

Bentuk Tidak Baku
a.       Kapal yang datang kemudian, merapat di dermaga yang ditinggalkan kapal yang baru saja berlayar, sandar selama satu jam, bongkar dan muat terjadi lagi. (2005: 11)


b.      Biarlah ia lebur bersama embun yang gulir di ujung halaman bunga impian kita. (2005: 20)

Analisis:
Bentuk di atas mengalami kesalahan berbahasa pada penghilangan prefiks ber-. Bentuk yang dicetak miring di atas seharusnya tidak menghilangkan prefiks ber- pada kalimat-kalimat bentukan. Kata sandar dan gulir di atas merupakan kata dasar yang menduduki predikat pada masing-masing kalimat. Sesuai kaidah bahasa Indonesia yang baku, dalam predikat tersebut harus dieksplisitkan prefiks ber-, yaitu menjadi bersandar dan bergulir.

Bentuk Baku
a.       Kapal yang datang kemudian, merapat di dermaga yang ditinggalkan kapal yang baru saja berlayar, bersandar selama satu jam, bongkar dan muat terjadi lagi.
b.      Biarlah ia lebur bersama embun yang bergulir di ujung halaman bunga impian kita.

4.      Kesalahan Dalam Pembentukan Kata Pada Sufiks –Wan

Bentuk Tidak Baku
a.       Kemudian langkah profesionalnya sebagai teaterawan. (2005: 26)

Analisis:
Jika ditelusuri kaidah bahasa yang baku, unsur-unsur pembentuk kata yang digaris miring adalah teater + wan. Sehingga bentuk-bentuk yang benar adalahsebagai berikut.

BentukBaku
a.       Kemudian langkah profesionalnya sebagai teaterwan. (2005: 26)


 DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.
Parsaulian, Mur. 2005. “Sajak”. Majalah Budaya Sagang VIII
Pusat Bahasa Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Keempat). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sagang, Kelompok Riset. 2005. “Nobel”. Majalah Budaya Sagang VIII
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik. Cetakan Kedua. Surakarta: Yuma Pustaka.
Yuniarsih, Hastin. 2005. “Cerita Pendek”. Majalah Budaya Sagang VIII



Tidak ada komentar:

Posting Komentar